Sejarah Kebudayaan Islam
Peperangan
Badar merupakan perang pertama dalam sejarah Islam, dimana lawan berjumlah tiga
kali lebih banyak daripada orang-orang mukmin. Pasukan Muslim pada waktu itu
berjumlah 313 orang, 70 ekor onta, 2 ekor kuda, dan 8 bilah pedang. Pada waktu
itu Nabi Muhammad SAW berbagi onta dengan Abu Lubaba RA, dan Ali bin Abi Thalib
RA pun berbagi tunggangan sebagaimana umat Muslim yang lain. Adapun pihak
lawan, terdiri atas 1000 pasukan bersenjata lengkap, 700 ekor onta, dan 100
ekor kuda.
Sebelum
pertempuran, Nabi Muhammad SAW dalam keadaan sangat khawatir dan karenanya
beliau berdo’a memohon pertolongan Allah SWT, karena jika kaum Muslim
terkalahkan maka akan sangat beratlah bagi Muslim yang tersisa untuk mengemban
tugas dari Allah SWT. Kesedihan ini tergambarkan dalam Firman Allah SWT, Surat
Al-Anfal Ayat 9, 10.
Allah
SWT menyatakan bahwa bantuan berupa pasukan malaikat itu adalah untuk
memberikan bukti lahiriah yang menenteramkan hati orang-orang beriman. Tetapi
selanjutnya Allah SWT menegaskan, janganlah menganggap bahwa kemenangan itu
karena pertolongan malaikat. Karena sesungguhnya kemenangan dan pertolongan itu
datangnya dari Allah SWT semata, yang telah berkenan mengirimkan pasukan
malaikat tersebut.
Dari
Ayat ini kita memperoleh pengetahuan bahwa para malikat itu tidak hanya
menguatkan hati dan meneguhkan pendirian orang-orang mukmin, melainkan juga
berperan aktif secara fisik dalam pertempuran. Abu Dawud Mazani dan Suhail bin
Hanif meriwayatkan bahwa, “Ketika kami baru mengarahkan pedang kami kepada
lawan, leher mereka telah terpenggal sebelum pedang kami menyentuh mereka.”
Adalah kenyataan bahwa para malaikat itupun melaksanakan tugas bertempur. Ayat
50 dari Surat Al-Anfal menguraikan lebih jauh bagaimana kiprah para malaikat di
medan pertempuran itu:
Dan Jika saja kamu dapat menyaksikan ketika para malaikat itu mencabut jiwa orang-orang kafir itu, dihantamnya wajah-wajah mereka dan punggung-punggung mereka seraya berkata, “Rasakanlah olehmu siksaan api yang membakar.”
Dan Jika saja kamu dapat menyaksikan ketika para malaikat itu mencabut jiwa orang-orang kafir itu, dihantamnya wajah-wajah mereka dan punggung-punggung mereka seraya berkata, “Rasakanlah olehmu siksaan api yang membakar.”
Nama/gelar
wali songo
1. Sunan Giri ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Paku / Ainul Yaqien
2. Sunan Bonang ( Dikenal )
Nama Asli :Raden Maulana Makdum Ibrahim
3. Sunan Ampel ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Rachmad
4. Sunan Drajat ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Qosim Syarifuddin
5. Sunan Muria ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Syaid
6. Sunan Gunung Jati ( Dikenal )
Nama Asli : Fatahilah / Fattahillah / Syarif Hidayatullah
7. Sunan Gresik ( Dikenal )
Nama Asli : Maulana Malik Ibrahim
8. Sunan Kudus ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Ja'far Sodik
9. Sunan Kalijaga ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Mas Syahid
Nama Asli : Raden Paku / Ainul Yaqien
2. Sunan Bonang ( Dikenal )
Nama Asli :Raden Maulana Makdum Ibrahim
3. Sunan Ampel ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Rachmad
4. Sunan Drajat ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Qosim Syarifuddin
5. Sunan Muria ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Syaid
6. Sunan Gunung Jati ( Dikenal )
Nama Asli : Fatahilah / Fattahillah / Syarif Hidayatullah
7. Sunan Gresik ( Dikenal )
Nama Asli : Maulana Malik Ibrahim
8. Sunan Kudus ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Ja'far Sodik
9. Sunan Kalijaga ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Mas Syahid
Sistem Pemerintahan Bani Umayyah
Pertama,
pemindahan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Keputusan ini
didasarkan pada pertimbangan politik dan alasan keamanan. Karena letaknya jauh
dari Kufah pusat kaum Syiah pendukung Ali, dan jauh dari Hijaz tempat tinggal
mayoritas Bani Hasyim dan Bani Umayah, sehingga bisa terhindar dari konflik
yang lebih tajam antara dua bani itu dalam memperebutkan kekuasaan.
Kedua,
Muawiyah memberi penghargaan kepada orang-orang yang berjasa dalam
perjuangannya mencapai pundak kekuasaan. Seperti Amr bin Ash ia angkat kembali
menjadi Gubernur di Mesir, Al-Mughirah bin Syu’bah juga ia diangkat menjadi
Gubernur diwilayah Persia. Ia juga memperlakukan dengan baik dan mengambil baik
para sahabat terkemuka yang bersikap netral terhadap berbagai kasus yang
ditimbul waktu itu, sehingga mereka berpihak kepadanya.
Ketiga,
Menumpas orang-orang yang beroposisi yang dianggap berbahaya jika tidak bisa
dibujuk dengan harta dan kedudukan, dan menumpas kaum pemberontak. Ia menumpas
kaum Khawarij yang merongsong wibawa kekuasaannya dan mengkafirkannya. Golongan
ini menunduhnya tidak mau berhukum kepada Al-Qur’an dalam mewujudkan perdamaian
dengan Ali diperang Shiffin melainkan ia mengikuti ambisi hawa nafsu politiknya
Keempat,
membangun kekuatan militer yang terdiri dari tiga angakatan, darat, laut dan
kepolisian yang tangguh dan loyal. Mereka diberi gaji yang cukup, dua kali
lebih besar dari pada yang diberi pada yang diberikan Umar kepada tentaranya.
Ketiga angkatan ini bertugas menjamin stabilitas keamanan dalam negeri dan
mendukung kebijaksanaan politik luar negeri yaitu memperluas wilayah kekuasaan.
Kelima,
meneruskan wilayah kekuasaan Islam baik ke Timur maupun ke Barat. Perluasan
wilayah ini diteruskan oleh para penerus Muawiyah, seperti Khalifah Abd
al-Malik ke Timur, Khalifah al-Walid ke Barat, dan ke Perancis di zaman
Khalifah Umar bin Abd al-Aziz. Perluasan wilayah dizaman Dinasti ini merupakan
ekspansi besar kedua setelah ekspansi besar pertama di zaman Umar bin Khattab.
Daerah-daerah yang dikuasai umat Islam dizaman Dinasti ini meliputi Spanyol,
Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebahagian dari Asia
Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Rurkmenia,
Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah,
sehingga Dinasti ini berhasil membangun Negara besar di zaman itu. Bersatunya
berbagai suku bangsa di bawah naungan Islam melahirkan benih-benih peradaban
baru yang bercorak Islam, sekalipun Bani Umayah lebih memusatkan perhatiannya
kepada pengembangan kebudayaan Arab. Benih-benih peradaban baru itu kelak
berkembang pesat di zaman Dinasti Abbasiyah sehingga Dunia Islam menjadi pusat
peradaban dunia selama berabad-abad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar