Sabtu, 01 Maret 2014

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

Sejarah Kebudayaan Islam

Peperangan Badar merupakan perang pertama dalam sejarah Islam, dimana lawan berjumlah tiga kali lebih banyak daripada orang-orang mukmin. Pasukan Muslim pada waktu itu berjumlah 313 orang, 70 ekor onta, 2 ekor kuda, dan 8 bilah pedang. Pada waktu itu Nabi Muhammad SAW berbagi onta dengan Abu Lubaba RA, dan Ali bin Abi Thalib RA pun berbagi tunggangan sebagaimana umat Muslim yang lain. Adapun pihak lawan, terdiri atas 1000 pasukan bersenjata lengkap, 700 ekor onta, dan 100 ekor kuda.
Sebelum pertempuran, Nabi Muhammad SAW dalam keadaan sangat khawatir dan karenanya beliau berdo’a memohon pertolongan Allah SWT, karena jika kaum Muslim terkalahkan maka akan sangat beratlah bagi Muslim yang tersisa untuk mengemban tugas dari Allah SWT. Kesedihan ini tergambarkan dalam Firman Allah SWT, Surat Al-Anfal Ayat 9, 10.
Allah SWT menyatakan bahwa bantuan berupa pasukan malaikat itu adalah untuk memberikan bukti lahiriah yang menenteramkan hati orang-orang beriman. Tetapi selanjutnya Allah SWT menegaskan, janganlah menganggap bahwa kemenangan itu karena pertolongan malaikat. Karena sesungguhnya kemenangan dan pertolongan itu datangnya dari Allah SWT semata, yang telah berkenan mengirimkan pasukan malaikat tersebut.
Dari Ayat ini kita memperoleh pengetahuan bahwa para malikat itu tidak hanya menguatkan hati dan meneguhkan pendirian orang-orang mukmin, melainkan juga berperan aktif secara fisik dalam pertempuran. Abu Dawud Mazani dan Suhail bin Hanif meriwayatkan bahwa, “Ketika kami baru mengarahkan pedang kami kepada lawan, leher mereka telah terpenggal sebelum pedang kami menyentuh mereka.” Adalah kenyataan bahwa para malaikat itupun melaksanakan tugas bertempur. Ayat 50 dari Surat Al-Anfal menguraikan lebih jauh bagaimana kiprah para malaikat di medan pertempuran itu:

Dan Jika saja kamu dapat menyaksikan ketika para malaikat itu mencabut jiwa orang-orang kafir itu, dihantamnya wajah-wajah mereka dan punggung-punggung mereka seraya berkata, “Rasakanlah olehmu siksaan api yang membakar.”

Nama/gelar wali songo
1. Sunan Giri ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Paku / Ainul Yaqien

2. Sunan Bonang ( Dikenal )
Nama Asli :Raden Maulana Makdum Ibrahim

3. Sunan Ampel ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Rachmad

4. Sunan Drajat ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Qosim Syarifuddin

5. Sunan Muria ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Syaid

6. Sunan Gunung Jati ( Dikenal )
Nama Asli : Fatahilah / Fattahillah / Syarif Hidayatullah

7. Sunan Gresik ( Dikenal )
Nama Asli : Maulana Malik Ibrahim

8. Sunan Kudus ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Ja'far Sodik

9. Sunan Kalijaga ( Dikenal )
Nama Asli : Raden Mas Syahid


Sistem Pemerintahan Bani Umayyah

Pertama, pemindahan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Keputusan ini didasarkan pada pertimbangan politik dan alasan keamanan. Karena letaknya jauh dari Kufah pusat kaum Syiah pendukung Ali, dan jauh dari Hijaz tempat tinggal mayoritas Bani Hasyim dan Bani Umayah, sehingga bisa terhindar dari konflik yang lebih tajam antara dua bani itu dalam memperebutkan kekuasaan.
Kedua, Muawiyah memberi penghargaan kepada orang-orang yang berjasa dalam perjuangannya mencapai pundak kekuasaan. Seperti Amr bin Ash ia angkat kembali menjadi Gubernur di Mesir, Al-Mughirah bin Syu’bah juga ia diangkat menjadi Gubernur diwilayah Persia. Ia juga memperlakukan dengan baik dan mengambil baik para sahabat terkemuka yang bersikap netral terhadap berbagai kasus yang ditimbul waktu itu, sehingga mereka berpihak kepadanya.

Ketiga, Menumpas orang-orang yang beroposisi yang dianggap berbahaya jika tidak bisa dibujuk dengan harta dan kedudukan, dan menumpas kaum pemberontak. Ia menumpas kaum Khawarij yang merongsong wibawa kekuasaannya dan mengkafirkannya. Golongan ini menunduhnya tidak mau berhukum kepada Al-Qur’an dalam mewujudkan perdamaian dengan Ali diperang Shiffin melainkan ia mengikuti ambisi hawa nafsu politiknya

Keempat, membangun kekuatan militer yang terdiri dari tiga angakatan, darat, laut dan kepolisian yang tangguh dan loyal. Mereka diberi gaji yang cukup, dua kali lebih besar dari pada yang diberi pada yang diberikan Umar kepada tentaranya. Ketiga angkatan ini bertugas menjamin stabilitas keamanan dalam negeri dan mendukung kebijaksanaan politik luar negeri yaitu memperluas wilayah kekuasaan.

Kelima, meneruskan wilayah kekuasaan Islam baik ke Timur maupun ke Barat. Perluasan wilayah ini diteruskan oleh para penerus Muawiyah, seperti Khalifah Abd al-Malik ke Timur, Khalifah al-Walid ke Barat, dan ke Perancis di zaman Khalifah Umar bin Abd al-Aziz. Perluasan wilayah dizaman Dinasti ini merupakan ekspansi besar kedua setelah ekspansi besar pertama di zaman Umar bin Khattab. Daerah-daerah yang dikuasai umat Islam dizaman Dinasti ini meliputi Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebahagian dari Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Rurkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, sehingga Dinasti ini berhasil membangun Negara besar di zaman itu. Bersatunya berbagai suku bangsa di bawah naungan Islam melahirkan benih-benih peradaban baru yang bercorak Islam, sekalipun Bani Umayah lebih memusatkan perhatiannya kepada pengembangan kebudayaan Arab. Benih-benih peradaban baru itu kelak berkembang pesat di zaman Dinasti Abbasiyah sehingga Dunia Islam menjadi pusat peradaban dunia selama berabad-abad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar