Secara garis besar, mobilitas
penduduk dibagi menjadi dua, yaitu mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal.
Mobilitas Vertikal
Mobilitas vertikal adalah semua
gerakan penduduk dalam usaha perubahan status sosial. Contohnya, seorang buruh
tani yang berganti pekerjaan menjadi pedagang termasuk gejala perubahan status
sosial. Begitu pula, seorang dokter gigi beralih pekerjaan menjadi seorang
aktor film juga termasuk mobilitas vertikal.
Mobilitas Horizontal
Mobilitas horizontal adalah semua
gerakan penduduk yang melintas batas wilayah tertentu dalam periode waktu
tertentu. Batas wilayah yang umumnya adalah batas adminitrasi, seperti
provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan. Mobilitas horizontal dibagi menjadi
dua, yaitu mobilitas permanen dan mobilitas nonpermanen.
Mobilitas Permanen atau Migrasi
Mobilitas permanen atau migrasi
adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain dengan maksud
untuk menetap di daerah tujuan. Mobilitas permanen secara garis besar dapat
dibagi menjadi dua, yaitumigrasi internasional dam migrasi dalam negeri.
- Migrasi Internasional, Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk dari
satu negara ke negara lain. Perhatian para analis demografi cukup besar
pada migrasi internasional. Hal itu dikarenakan selain datanya lebih
lengkap juga karena sering menimbulkan ketegangan sosial. Akhirnya,
terjadi pertentangan antara orang-orang dengan latar belakang kebudayaan
dan bahasa yang berbeda. Migrasi internasional merupakan masalah politik
pada tingkat nasional. Contohnya, seseorang yang melintasi
perbatasan negara dapat melakukan dengan ikut perpindahan massal
(perpindahan penduduk dengan curu etnis atau sosial). Selain itu, dapat
juga dilakukan sebagai pribadi dan anggota keluarga kecil. Sebab-sebab
terjadinya perpindahan secara paksa, dan mengungsi. Pada rentang waktu
tahun 1953-1960 terjadi karena ketegangan politik antara negara yang satu
dengan yang lain. Di bebepara negara terjadi arus migrasi yang tinggi.
Migrasi Emigrasi, internasional
dibedakan menjadi tiga, yaitu imigrasi dan remigrasi.
- Emigrasi,
merupakan suatu kejadian keluaranya penduduk dari suatu negara menuju ke
negara yang lain dengan tujuan untuk menetap (bermukim) di negara yang
dituju tersebut. Penduduk yang melakukan emigrasi disebut emigrasi.
- Imigrasi,
merupakan masuknya penduduk ke suatu negara yang berasal dari negara yang
lain dengan tujuan untuj bermukim (menetap) di negara yang didatangi.
Penduduk yang melakukan imigran disebut dengan imigran. Contohnya, orang
(penduduk) Thailand pindah ke Indonesia.
- Remigrasi (Repatriasi), merupakan perpindahan penduduk untuk kembali lagi ke
tempat asal (tanah airnya). Contohnya, orang Indonesia yang sejak tahun
1980 bermukim di Malaysia pada tahun 2000 kembali lagi untuk pulang dan
menetap selamanya di Indonesia.
Migrasi
Dalam Negeri (Migrasi Nasional)
- Migrasi nasional adalah suatu perpindahan penduduk dari
suatu daerah ke daerah lain dalam satu wilayah negara. Pola migrasi dalam
negeri (nasional) adalah sebagai berikut.
- Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari daerah
yang padat penduduknya menuju ke daerah yang lebih jarang penduduknya
dalam satu wilayah negara.
- Urbanisasi, merupakan suatu perpindahan penduduk dari
desa ke kota besar atau kota kecil ke kota besar.
- Ruralisasi, merupakan penduduk dari kota ke desa untuk
menetap di desa. Rulasisasi biasanya terjadi karena kesempatan kerja di
kota sangat sempit.
Migrasi penduduk dalam negeri
menyebabkan perpidahan penduduk secara besar-besaran baik di negara maju maupun
negara berkembang. Perpindahan penduduk dari desa ke kota merupakan komponen
utama dari migrasi dalam negeri sehingga dianggap sebagai satu bagian utama
dari migrasi dalam negeri sehingga dianggap sebagai satu bagian dari proses
modernisasi yang tidak dapat dipisahkan. Jenis migrasi dalam negeri yang
menarik untuk dibahas adalah transmigrasi. Hal ini disebabkan masalah
transmigrasi khususnya di Indonesia merupakan bagian penting dalam era
pembangunan.
Evakuasi
selain imigrasi internasional dan
migrasi nasional, ada jenis perpidahan penduduk lain suatu negara ke negara
lain atau daerah satu ke daerah lain untuk menghindari suatu bahaya yang mengancam (peperangan, bencana alam, atau wabah penyakit).
Contohnya sebagai berikut.
- Perpindahan penduduk sekitar lereng gunung Merapi
menuju ke kawasan-kawasan sekitarnya guna menghindari dampak letusan
gunung merapi.
- Perpindahan penduduk Irak k Yordania akibat peperangan.
Mobilitas Nonpermanen
Mobilitas Nonpermanen merupakan
gerakan penduduk dari satu wilayah satu ke wilayah lain dengan tidak ada niat
untuk menetap di daerah tujuan. Mobilitas nonpermanen disebut juga dengan
sirkulasi. Dan beberapa hasil penelitian mobilitas penduduk yang dilakukan di
Jawa oleh suharso(1976). Hugo (1975), Koenjaraningrat (1957), dan Matras
(1978), ditemukan bahwa mobilitas penduduk nonpermanen lebih banyak terjadi
daripada mobilitas penduduk permanen. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
mobilitas penduduk sirkuler lebih banyak terjadi daripada mobilitas permanen.
Hal ini disebabkan, antara lain faktor sentrifugal dan sentripetal; perbaikan
darana transportasi serta kesempatan kerja di sektor informal lebih besar
dibanding sekitar formal.
- Faktor Sentrifugal dan Sentripetal, Kekuatan
sentrifugal adalah kekuatan yang terdapat di suatu wilayah yang mendorong
penduduk untuk meinggalkan daerahnya. Sementara itu, kekuatan sentripetal
adalah kekuatan yang mengikat penduduk untuk tetap tinggal di daerahnya.
Kedua kekuasaan ini tarik-menarik. Kurangnya kesempatan kerja di bidang
pertanian, nonpertanian, dan terbatasnya fasilitas pendidikan yang ada
mendorong orang untuk pergi ke daerah yang tersedia fasilitas yang lebih
lengkap. Hal-hal yang mengikat penduduk untuk tetap tinggal didesa, antara
lain sebagai berikut.
1.
Jalinan persaudaraan dan
kekeluargaan di antara warga desa yang sangat erat.
2.
Adanya sistem gotong-royong yang
kuat di pedesaan.
3.
Penduduk sangat erat dengan tanah
pertaniannya.
4.
Warga desa terikat pada desa tempat
mereka tinggal.
- Adanya kekuatan yang terik-menarik tersebut
mengakibatkan penduduk yang bersangkutan melaksanakan mobilitas sirkuler.
Mobilitas sirkuler, yaitu meinggalkan daerah tempat tinggalnya untuk
memperbaiki perekonomiannya tanpa mempunyai tujuan menetap di daerah
tujuan.
- Perbaikan Sarana Transportasi, Dorongan untuk
melaksanakan mobilitas sirkuler dipengaruhi oleh adanya perbaikan sarana
transportasi yang menghubungi antardesa dan kota. Sebelumnya, penduduk
desar yang bekerja di kota terpaksa mondok di kota, tetapi setelah
jalan-jalan diperbaiki dan banyaknya kendaraan umum, mereka mejadi
penglaju (malaju; pagi berangkat ke kota sore pulang ke desa).
- Kesempatan kerja di sektor imformal lebih besar
dibanding sektor formal. Proses urbaniasai di indonesia tidak diikuti oleh
perlunya lapangan pekerjaan dengan urpa rendah tidak menentu. Kecil
pendapatan migran dari desa yang bekerja di kota dan tingginya biaya hidup
di kota, tidaklah mungkin bagi merka untuk betempat bersama keluarganya di
kota. Hal ini yang menyebabkan menjadi pengalaju.
Artikel
Pengertian Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan
penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi
kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan
menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah
peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan
jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan,
penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus
segera dicarikan jalan keluarnya.
Berbeda dengan perspektif ilmu
kependudukan, definisi Urbanisasi berarti persentase penduduk yang tinggal di
daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya salah satu
penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni:
Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk. Migrasi penduduk adalah perpindahan
penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota.
Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat
sementara saja atau tidak menetap.
Untuk mendapatkan suatu niat untuk
hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya harus mendapatkan
pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi,
terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.
Pengaruh-pengaruh tersebut bisa
dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau faktor pendorong seseorang
untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian atau faktor
penarik. Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya
dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari
pedesaaan ke perkotaan.
A. Faktor Penarik Terjadinya
Urbanisasi
- Kehidupan kota yang lebih
modern
- Sarana dan prasarana kota lebih
lengkap
- Banyak lapangan pekerjaan di
kota
- Pendidikan sekolah dan
perguruan tinggi lebih baik dan berkualitas
B. Faktor Pendorong Terjadinya
Urbanisasi
- Lahan pertanian semakin sempit
- Merasa tidak cocok dengan
budaya tempat asalnya
- Menganggur karena tidak banyak
lapangan pekerjaan di desa
- Terbatasnya sarana dan
prasarana di desa
- Diusir dari desa asal
- Memiliki impian kuat menjadi
orang kaya
C. Keuntungan Urbanisasi
- Memoderenisasikan warga desa
- Menambah pengetahuan warga desa
- Menjalin kerja sama yang baik
antarwarga suatu daerah
- Mengimbangi masyarakat kota
dengan masyarakat desa
D. Akibat urbanisasi
- Terbentuknya suburb
tempat-tempat pemukiman baru dipinggiran kota
- Makin meningkatnya tuna karya
(orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap)
- Masalah perumahan yg sempit dan
tidak memenuhi persyaratan kesehatan
- Lingkungan hidup tidak sehat,
timbulkan kerawanan sosial dan kriminal
EKOLOGI
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya.
Ekologi berasal dari kata Yunani, yaitu oikos "habitat" dan logos
"ilmu". Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik
interaksi antara makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam
ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan
lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu
faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara
lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi,
sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan,
tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan
organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling
memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Dampak negatif yang terungkap dari
aktivitas perkebunan kelapa sawit diantaranyai:
- Persoalan tata ruang, dimana monokultur, homogenitas
dan overloads konversi. Hilangnya keaneka ragaman hayati ini akan memicu
kerentanan kondisi alam berupa menurunnya kualitas lahan disertai
erosi, hama dan penyakit.
- Pembukaan lahan sering kali dilakukan dengan cara
tebang habis dan land clearing dengan cara pembakaran demi efesiensi biaya
dan waktu.
- Kerakusan unsur hara dan air tanaman monokultur seperti
sawit, dimana dalam satu hari satu batang pohon sawit bisa menyerap 12
liter (hasil peneliti lingkungan dari Universitas Riau) T. Ariful Amri MSc
Pekanbaru/ Riau Online). Di samping itu pertumbuhan kelapa
sawit mesti dirangsang oleh berbagai macam zat fertilizer sejenis
pestisida dan bahan kimia lainnya.
- Munculnya hama migran baru yang sangat ganas karena
jenis hama baru ini akan mencari habitat baru akibat kompetisi yang keras
dengan fauna lainnya. Ini disebabkan karena keterbatasan lahan dan
jenis tanaman akibat monokulturasi.
- Pencemaran yang diakibatkan oleh asap hasil dari
pembukaan lahan dengan cara pembakaran dan pembuangan limbah,
merupakan cara-cara perkebunan yang meracuni makhluk hidup dalam jangka
waktu yang lama. Hal ini semakin merajalela karena sangat
terbatasnya lembaga (ornop) kemanusiaan yang melakukan kegiatan tanggap
darurat kebakaran hutan dan penanganan Limbah.
- Terjadinya konflik horiziontal dan vertikal akibat
masuknya perkebunan kelapa sawit. sebut saja konflik antar warga yang
menolak dan menerima masuknya perkebunan sawit dan bentrokan yang terjadi
antara masyarakat dengan aparat pemerintah akibat sistem perijinan
perkebunan sawit.
- Selanjutnya, praktek konversi hutan alam untuk
pembangunan perkebunan kelapa sawit seringkali menjadi penyebab utama
bencana alam seperti banjir dan tanah longsor
Dampak negatif terhadap lingkungan
menjadi bertambah serius karena dalam prakteknya pembangunan perkebunan kelapa
sawit tidak hanya terjadi pada kawasan hutan konversi, melainkan juga dibangun
pada kawasan hutan produksi, hutan lindung, dan bahkan di kawasan konservasi
yang memiliki ekosistem yang unik dan mempunyai nilai keanekaragaman hayati
yang tinggi (Manurung, 2000; Potter and Lee, 1998)
Dampak Mobilitas Penduduk Dampak positif mobilitas
penduduk
1. Meningkatkan kesejahteraan penduduk
2. Menambah
pengalaman hidup & pengetahuan
3. Membantu
kesempatan kerja & usaha
4. Membantu
Program pemerataan pembangunan didaerah-daerah. DLL
Dampak negatif
mobilitas penduduk:
1. meningkatnya
angka kriminalitas.
2. gelandangan, pengangguran.
3. Sering
timbulnya konflik antar masyarakat setempat.
4. gubuk-gubuk liar yang menambah
kesemerawutan kota. DLL
A.
PERMASLAHAN PENDUDUK INDONESIA
1. Masalah Penduduk yang
Bersifat Kuantitatif
a. Jumlah Penduduk Besar
Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor terpenting dalam pelaksanaan pembangunan karena menjadi subjek dan objek pembangunan. Manfaat jumlah penduduk yang besar:
1) Penyediaan tenaga kerja dalam masalah sumber daya alam.
2) Mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa lain.
Selain manfaat yang diperoleh, ternyata negara Indonesia yang berpenduduk
besar, yaitu nomor 4 di dunia menghadapi masalah yang cukup rumit yaitu:
1) Pemerintah harus dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya. Dengan kemampuan pemerintah yang masih terbatas masalah ini sulit diatasi sehingga berakibat seperti masih banyaknya penduduk kekurangan gizi makanan, timbulnya pemukiman kumuh.
2) Penyediaan lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan serta fasilitas sosial lainnya. Dengan kemampuan dana yang terbatas masalah ini cukup sulit diatasi, oleh karena itu pemerintah menggalakkan peran serta sektor swasta untuk mengatasi masalah ini.
b. Pertumbuhan Penduduk Cepat
Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif cepat, walaupun ada kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 – 1971 pertumbuhan penduduk sebesar 2,1 % pertahun, tahun 1971 – 1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun 1980 – 1990 sebesar 1,98% pertahun, dan periode 1990 – 2000 sebesar 1,6% pertahun. Keluarga berencana merupakan suatu usaha untuk membatasi jumlah anak dalam keluarga, demi kesejahteraan keluarga. Dalam program ini setiap keluarga dianjurkan mempunyai dua atau tiga anak saja atau merupakan keluarga kecil.Dengan terbentuknya keluarga kecil diharapkan semua kebutuhan hidup anggota keluarga dapat terpenuhi sehingga terbentuklah keluarga sejahtera.
Dua tujuan pokok Program Keluarga Berencana yaitu:
a. Menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk tidak melebihikemampuan peningkatan produksi.
b. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak untuk mencapai keluarga sejahtera
c. Persebaran Penduduk Tidak Merata
Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran antarpulau, provinsi, kabupaten maupun antara perkotaan dan pedesaan. Pulau Jawa dan Madura yang luasnya hanya ±7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia, dihuni lebih kurang 60% penduduk Indonesia Perkembangan kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Madura tergolong tinggi, yaitu tahun 1980 sebesar 690 jiwa tiap-tiap kilometer persegi, tahun 1990 menjadi 814 jiwa dan tahun 1998 menjadi 938 jiwa per kilo meter persegi (km2).
Akibat dari tidak meratanya penduduk, yaitu luas lahan pertanian di Jawa semakin sempit. Lahan bagi petani sebagian dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya banyak lahan di luar Jawa belum dimanfaatkan secara optimal karena
kurangnya sumber daya manusia. Sebagian besar tanah di luar Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan pertanian. Keadaan demikian tentunya sangat tidak menguntungkan dalam melaksanakan pembangunan wilayah dan bagi peningkatan pertahanan keamanan negara.
a. Jumlah Penduduk Besar
Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor terpenting dalam pelaksanaan pembangunan karena menjadi subjek dan objek pembangunan. Manfaat jumlah penduduk yang besar:
1) Penyediaan tenaga kerja dalam masalah sumber daya alam.
2) Mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa lain.
Selain manfaat yang diperoleh, ternyata negara Indonesia yang berpenduduk
besar, yaitu nomor 4 di dunia menghadapi masalah yang cukup rumit yaitu:
1) Pemerintah harus dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya. Dengan kemampuan pemerintah yang masih terbatas masalah ini sulit diatasi sehingga berakibat seperti masih banyaknya penduduk kekurangan gizi makanan, timbulnya pemukiman kumuh.
2) Penyediaan lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan serta fasilitas sosial lainnya. Dengan kemampuan dana yang terbatas masalah ini cukup sulit diatasi, oleh karena itu pemerintah menggalakkan peran serta sektor swasta untuk mengatasi masalah ini.
b. Pertumbuhan Penduduk Cepat
Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif cepat, walaupun ada kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 – 1971 pertumbuhan penduduk sebesar 2,1 % pertahun, tahun 1971 – 1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun 1980 – 1990 sebesar 1,98% pertahun, dan periode 1990 – 2000 sebesar 1,6% pertahun. Keluarga berencana merupakan suatu usaha untuk membatasi jumlah anak dalam keluarga, demi kesejahteraan keluarga. Dalam program ini setiap keluarga dianjurkan mempunyai dua atau tiga anak saja atau merupakan keluarga kecil.Dengan terbentuknya keluarga kecil diharapkan semua kebutuhan hidup anggota keluarga dapat terpenuhi sehingga terbentuklah keluarga sejahtera.
Dua tujuan pokok Program Keluarga Berencana yaitu:
a. Menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk tidak melebihikemampuan peningkatan produksi.
b. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak untuk mencapai keluarga sejahtera
c. Persebaran Penduduk Tidak Merata
Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran antarpulau, provinsi, kabupaten maupun antara perkotaan dan pedesaan. Pulau Jawa dan Madura yang luasnya hanya ±7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia, dihuni lebih kurang 60% penduduk Indonesia Perkembangan kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Madura tergolong tinggi, yaitu tahun 1980 sebesar 690 jiwa tiap-tiap kilometer persegi, tahun 1990 menjadi 814 jiwa dan tahun 1998 menjadi 938 jiwa per kilo meter persegi (km2).
Akibat dari tidak meratanya penduduk, yaitu luas lahan pertanian di Jawa semakin sempit. Lahan bagi petani sebagian dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya banyak lahan di luar Jawa belum dimanfaatkan secara optimal karena
kurangnya sumber daya manusia. Sebagian besar tanah di luar Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan pertanian. Keadaan demikian tentunya sangat tidak menguntungkan dalam melaksanakan pembangunan wilayah dan bagi peningkatan pertahanan keamanan negara.
a. Tingkat Kesehatan Penduduk yang rendah
Meskipun telah mengalami perbaikan, tetapi kualitas kesehatan penduduk Indonesia masih tergolong rendah. Indikator untuk melihat kualitas kesehatan penduduk adalah dengan melihat:
1)Angka Kematian
2)Angka Harapan Hidup
Angka kematian yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang rendah. Angka harapan hidup yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang baik. Kualitas kesehatan penduduk tidak dapat dilepaskan dari pendapatan penduduk. Semakin tinggi pendapatan penduduk maka pengeluaran untuk membeli pelayanan kesehatan semakin tinggi. Penduduk yang pendapatannya tinggi dapat menikmati kualitas makanan yang memenuhi standar kesehatan.
b. Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan bukanlah satu-satunya indikator untuk mengukur kualitas SDM penduduk suatu negara. Kualitas SDM berhubungan dengan produktivitas kerja. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi diharapkan punya produktivitas yang tinggi. Kenyataan yang terjadi di Indonesia adalah banyak orang berpendidikan tinggi (sarjana) tetapi menganggur. Keadaan demikian tentu sangat memprihatinkan. Orang yang menganggur menjadi beban bagi orang lain (keluarganya). Tingkat pendidikan diharapkan berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan. Sehingga pembangunan dalam bidang pendidikan yang dilakuka oleh pemerintah membawa dampak positif yang signifikan terhadap kesejahteraan penduduk.
c. Tingkat Kemakmuran yang Rendah
Meskipun tidak termasuk negara miskin, jumlah penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan cukup besar. Sebanyak 37,5 juta penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan menurut standard yang ditetapkan PBB. Kemakmuran berbanding lurus dengan kualitas SDM. Semakin tinggi kualitas SDM penduduk, semakin tinggi pula tingkat kemakmurannya. Banyak negara yang miskin sumber daya alam tetapi tingkat kemakmuran penduduknya tinggi. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam. Mengapa banyak penduduk Indonesia yang hidup miskin?Beberapa permasalahan
a. Laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi.
Meskipun laju pertumbuhan penduduk dalam jangka panjang terlihat menurun, tetapi saat ini pertumbuhan penduduk Sumatera Selatan masih cukup tinggi diatas angka nasional. Karena itu, upaya meningkatkan kesertaan ber-KB dan akses terhadap pelayanan KB di daerah dengan TFR tinggi serta penyediaan pelayanan KB gratis bagi penduduk miskin dan rentan lainnya merupakan tantangan yang akan dihadapi.
b. Penggunaan kontrasepsi yang masih rendah.
Kondisi yang ada saat ini adalah masih rendahnya angka penggunaan kontrasepsi (CPR), rendahnya pemakaian kontrasepsi jangka panjang serta rendahnya kesertaan pria dalam ber-KB. Tantangan yang dihadapi ke depan adalah upaya meningkatkan kesertaan ber-KB di daerah dengan Contraceptive Prevalence Rate (CPR) rendah, meningkatkan pemakaian kontrasepsi jangka panjang, dan meningkatkan kesertaan pria dalam ber-KB. Selain itu, upaya intensifikasi advokasi dan KIE serta peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB terutama di daerah tertinggal, terpencil, serta perbatasan dan daerah dengan unmet need tinggi
c. Kebijakan pengendalian penduduk belum sinergis
Kebijakan kependudukan yang terkait dengan kuantitas, kualitas, dan mobilitas belum konsisten baik secara vertikal maupun horisontal, serta masih terdapat kebijakan pembangunan lainnya yang kurang mendukung kebijakan pengendalian kuantitas penduduk. Mengingat penanganan masalah kependudukan melibatkan berbagai sektor dan pemangku kepentingan, sinergi para pemangku kepentingan tersebut harus ditingkatkan untuk mewujudkan SDM yang berkualitas dan berdaya saing. Tantangan ke depan adalah menyerasikan kebijakan kependudukan agar konsisten dan berkesinambungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar