A. PENGERTIAN
TOLAK PELURU
Tolak
peluru adalah salah satu cabang olahraga atletik dalam nomor
lempar. Atlet tolak peluru melemparkan bola besi yang berat sejauh mungkin.
Peluru ini merupakan peralatan utama dalam olahraga ini. Bentuknya bulat
seperti bola dan terbuat dari besi.
Berat peluru
disesuaikan dengan penggunanya, antara lain:
• Untuk senior putra = 7,257 kg
• Untuk senior putri = 4 kg
• Untuk junior putra = 5 kg
• Untuk junior putri = 3 kg
• Untuk senior putra = 7,257 kg
• Untuk senior putri = 4 kg
• Untuk junior putra = 5 kg
• Untuk junior putri = 3 kg
Beragam kegiatan
lempar beban telah ada lebih dari 2000 tahun lalu di Kepulauan Britania. Pada
awalnya, kegiatan ini diselenggarakan dengan menggunakan bola batu. Sementara
kegiatan pertama yang menggambarkan tolak peluru modern, tampaknya terjadi di
zaman pertengahan ketika serdadu menyelenggarakan pertandingan dengan melempar
beban yang disebut canon balls atau peluru meriam.
Pertandingan tolak
peluru tercatat pada awal abad ke-19 di Skotlandia dan merupakan bagian dari
kejuaraan amatir di Inggris tahun 1866. Tolak peluru merupakan event olimpiade
modern asli yang diadakan di Athena, Yunani tahun 1896.
B. TEKNIK
DASAR TOLAK PELURU
Dalam tolak peluru terdapat beberapa
teknik dasar, diantaranya:
1. Teknik Memegang Peluru
a.
Jari-jari renggang.
Jari kelingking
ditekuk berada disamping peluru,sehingga dapat membantu untuk menahan supaya
peluru tidak mudah tergeser dari tempatnya.Untuk menggunakan cara ini penolak
harus memiliki jari jari yang kuat dan panjang.
b.
Jari-jari agak rapat
Ibu jari di samping,
jari kelingking berada di samping belakang peluru.
Jari kelingking selain berfungsi untuk menahan jangan sampai peluru mudah bergeser,juga membantu menekan pada waktu peluru ditolakkan. Cara ini lebih banyak dipakai oleh atlit.
Jari kelingking selain berfungsi untuk menahan jangan sampai peluru mudah bergeser,juga membantu menekan pada waktu peluru ditolakkan. Cara ini lebih banyak dipakai oleh atlit.
c.
Jari-jari agak renggang
Bagi mereka yang
tangannya agak kecil dan jari jarinya pendek, dapat menggunakan cara ketiga
ini, yaitu jari jari seperti pada cara kedua tetapi lebih renggang, kelingking
di belakang peluru sehingga dapat ikut menolak peluru, ibu jari untuk menahan
geseran ke samping, karena tangan pelempar kecil dan berjari jari pendek,
peluru diletakkan pada seluruh lekuk tangan.
2. Teknik meletakkan peluru pada bahu
Peluru dipegang
dengan salah satu cara di atas, letakkan peluru pada bahu dan menempel pada
leher bagian samping. Siku yang memegang peluru agak dibuka ke samping dan
tangan satunya rileks di samping kiri badan.
3. Teknik menolak peluru
Untuk
menyiapkan kondisi fisik dapat dilakukan dengan cara seperti dibawah ini,
a. Menolak peluru dengan kedua tangan
1) Pegang peluru dengan kedua tangan
didepan dada, kedua kaki dalam keadaan sejajar, lalu dorong/tolakkan peluru
kedepan-atas sejauh mungkin.
2) Pegang peluru dengan kedua tangan ,
kemudian simpan dibawah perut dengan lengan diluruskan,kedua kaki dalam keadaan
sejajar. Kemudian ayun dan lemparkan peluru kedepan.
3) Pegang peluru dengan kedua tangan ,
kemudian simpan dibawah perut dengan lengan diluruskan,kedua kaki dalam keadaan
sejajar. Posisi ini dilakukan dengan membelakangi arah lemparan. Kemudian
ayunkan dan lempar peluru kearah belakang atau sektor lemparan.
4) Pada tahap berikutnya doronglah
peluru dengan bantuan putaran pinggang. Tolakan masih dengan kedua tangan
tetapi beben diutamakan pada tangan tolak atau tangan terkuat. Kaki masih
sejajar. Tahapan ini depersiapkan untuk melakukan tolakan yang sebenarnya.
5) Lakukan seperti diatas, hanya
sekarang satu kaki berada di depan. Tolakan dilakukan dengan koordinasi bantuan
dorong kaki belakang.
b. Menolak peluru dengan satu tangan
1) Peganglah peluru dengan tangan kanan
dan letakkan dileher. Lanjurkan /rentangkan lengan kiri kedepan dan abadan
menghadap depan. Tolakkan peluru dengan sudut parabola beberapa meter kedepan
sambil melangkahkan kaki kiri kedepan. Jangan lupa kai kanan dihentakkan untuk
membantu melakukan tolakan, sesaat sebelum peluru dilepaskan (Carr,1991)
2) Lakukan gerakkan seperti diatas,
hanya pada saat akan melakukan tolakan, badan diputar ke kanan untuk mengambil
ancang-ancang (Carr,1991)
3) Lakukan gerakan menolak peluru
dengan awalan membelakang gunakan bantuan putaran/ pilin tubuh saat melakukan
tolakan (carr,1991)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam mempelajari teknik tolak peluru:
1. Hal-hal yang disarankan
a) Bawalah tungkai kiri merndah
b) Dapatkan keseimbangan gerak dari
kedua tungkai, dengan tungkai kiri memimpin dibelakang
c) Menjaga agar bagian atas badan tetap
rileks ketika bagian bawah badan bergerak
d) Hasilkan rangkaian gerak yang cepat dan jauh pada tungkai
kanan
e) Putar kaki kanan kearah dalam
sewaktu melakukan luncuran
f) Pertahankan pinggul kiri dan bahu
menghadap kebelakang selama mungkin. Bawalah tangan kiri dalm sebuah posisi
mendekati badan
g) Tahanlah sekuat-kuatnya dengan
tungkai kiri
2. Beberapa hal yang harus dihindari
a) Tidak memiliki keseimbangan dalam
sikap permulaan
b) Melakukan lompatan ketika meluncur
dengan kaki kanan
c) Mengangkat badan tinggi ketika
melakukan luncuran
d) Tidak cukup jauh menarik kaki kanan dibawah badan
e) Mendarap dengan kaki kaana menghadap
ke belakang
f) Menggerakkkan tungkai kiri terlalu
banyak kesamping
g) Terlalu awal membuka badan
h) Mendarat dengan badan menghadap
kesamping atau depan
C. PERALATAN
TOLAK PELURU
Alat yang di gunakan
dalm tolak peluru:
1.
Rol Meter
2.
Bendera Kecil
3.
Kapur / Tali
Rafia
4.
Peluru
Untuk senior putra =
7.257 kg
Untuk senior putri =
4 kg
Untuk junior putra =
5 kg
Untuk junior putri =
3 kg
5.
Obrient : gaya membelakangi arah tolakan
6.
Ortodox : gaya menyamping
D. LAPANGAN
TOLAK PELURU
Lapangan
tolak peluru berbentuk lingkaran berdiameter 2,135 m. Lingkaran tolak peluru
harus dibuat dari besi, baja atau bahan lain yang cocok dilengkungkan, bagian
atasnya harus rata dengan permukaan tanah luarnya. Bagian dalam lingkaran tolak
dibuat dari semen, aspal atau bahan lain yang padat tetapi tidak licin.
Permukaan dalam lingkaran tolak harus datar antara 20 mm-6 mm lebih rendah dari
bibir atas lingkaran besi. Garis lebar 5 cm harus dibuat di atas lingkaran besi
menjulur sepanjang 0,75 m pada kanan kiri lingkaran garis ini dibuat dari cat
atau kayu. Diameter bagian dalam lingkaran tolak adalah 2,135 m. Tebal besi
lingkaran tolak minimum 6 mm dan harus dicat putih. Balok penahan dibuat dari
kayu atau bahan lain yang sesuai dalam sebuah busur/lengkungan sehingga tepi
dalam berhimpit dengan tepi dalam lingkaran tolak, sehingga lebih kokoh. Lebar
balok 11,2-30 cm, panjangnya 1,21-1,23 m di dalam, tebal 9,8-10,2 cm.
E.
KETENTUAN
DISKUALIFIKASI/KEGAGALAN PESERTA TOLAK PELURU
1.
Menyentuh balok batas sebelah atas,
2.
Menyentuh tanah di luar lingkaran,
3.
Keluar masuk lingkaran dari muka garis tengah,
4.
Dipanggil selama 3 menit belum menolak,
5.
Peluru ditaruh di belakang kepala,
6.
Peluru jatuh di luar sektor lingkaran,
7.
Menginjak garis lingkaran lapangan,
8.
Keluar lewat depan garis lingkaran,
9.
Keluar lingkaran tidak dengan berjalan tenang,
10. Peserta gagal melempar sudah 3 kali lemparan.
F.
PEMBELAJARAN
KETRAMPILAN DASAR TOLAK PELURU DENGAN DIMENSI PERMAINAN
Pengenalan
tolak peluru dengan dimensi permainan
ditujukan agarsiswa merasa gembira saat pelaksanaan pembelajaran. Hal
ini penting karena tidak semua orang menyenagi olah raga ini. Dengan dimensi
ini, pembelajaran berlangsung secara kondusif. Metode ini sangant baik untuk
mengenalkan peluru dalam bentuk permainan sekaligus memperkenalkan gerakan
tolak peluru seca utuh dan menyeluruh.
Bentuk-bentuk permaina tersebut diantaranya:
1.
Melempar bola medisin (medicine ball)
Pembelajaran tolak peluru dengan menggunakan Bola Medisin atau disingkat MB ditujukan
untuk memperkenalkan gerakan menolak dengan benda yang lunak tetapi memiliki
berat yang mendekati alat sebenarnya. MB ini cukup berat tetapi dengan
permukaan yang halus memberi rasa aman dan mudah menggunakannya, sehingga siswa
cukup responsif pada pembelajaran tolak peluru. Kegiatan mengunakan MB ini
diutamakan untuk melatih kelincahan, kekuatan menolak, dan gerakan menolak.
Dibawah ini beberapa contoh permainan yang dapat meningkatkan ketrampilan tolak
peluru sebenarnya:
a)
Menolak MB berpasangan
Kegiatan
ini dilakukan smabil berpasangan dengan jarak kira-kira 2-3 meter. Sudut yang
digunakan sesuai dengan berat MB dan jarak dari satu pasangan lainya.
Contoh
variasi gerakan yang dapat dilakukan:
1)
Menolak MB dengan dua tangan, posisi kaki sejajar
2)
Menolak MB dengan dua tangan, posisi kaki satu di
depan
3)
Menolak MB dengan dua tangan, dengan mengutamakan melempar satu tangan, gerakan dimulai dari
samping badan
4)
Menolak MB dengan satu tangan (dalam hal ini gerakan
melempar diutamakan dengan tangan lempar)
b)
Memantukakan MB ke dinding
Kegiatan
ini diutamakan pada gerakan menolak dan menagkap MB dengan ketingian yang telah
ditentukan. (Carr,1991: 154) gerakan dapat dilakukan dengan memperhatikan
hal-hal berikut ini:
1)
Berdiri tegak dengan satu aki berada didepan, pegang
MB denagn kedua tangan, prioritaskan tangan kanan sebagai tangan tolak.
Kemudian doronglah MB kedinding dari jarak 2 meter dengan ketingian kira-kira 2 meter dari
lantai. Doronglah MB sampai kedua lengan dalam keadaan lurus
2)
Tangkaplah MB sesegera mungkin ketika mulai turun dan
lakukan kembali gerakan menolak Mb kedinding
segera setelah kembali keposisi semula.
c)
Menolak mb pada target atau sasaran
1)
Menolak MB pada sasaran atau garis-garis dengan jarak
yang telah ditentukan
2)
Latihan menolak MB ini dapat divariasikan dengan cara
seperti:
o Menolak MB pada sasaran lingkaran ban. Letakkan ban
dan jaraknya dapat diatur sesuai dengan kemempuan
o Menolak MB melewati tali yang direntangkan di antar
dua tiang denagn ketingian yang bervariasi
o Menolak MB pada sebuah benda diam atau bergera
Lompat
Tinggi (High Jump)
LOMPAT TINGGI
Pengertian
Lompat tinggi merupakan olahraga
yang menguji ketrampilan meompat dengan melewat tiang mistar. Lompat tinggi
adalah salah satu cabang dari atletik. Tujuan olahraga ini untuk memperoleh
lompatan setinggi-tingginya saat melewati mistar tersebut dengan ketinggian
tertentu.Tinggi tiang mistar yang harus dilewati atlet minimal 2,5 meter,
sedangkan panjang mistar minimal 3,15 meter. Lompat tinggi dilakukan di arena
lapangan atletik. Lompat tinggi dilakukan tanpa bantun alat.
Dalam pertandingan, mistar akan
dinaikkan setelah peserta berhasil melewati ketinggian mistar. Peserta mestilah
melonjak dengan sebelah kaki Peserta boleh mulai melompat di mana-mana
ketinggian permulaan yang disukainya Sesuatu lompatan akan dikira batal jika
peserta menyentuh palang dan tidak melompat. Menjatuhkan palang semasa membuat
lompatan atau menyentuh kawasan mendarat apabila tidak berjaya melompat Peserta
yang gagal melompat melintasi palang sebanyak tiga kali bertutrut-turut (tanpa
di ambil kira di aras mana kegagalan itu berlaku) akan terkeluar daripada
pertandinga Seseorang peserta berhak meneruskan lompatan (walaupun semua
peserta lain gagal) sehingga dia tidak dapat menuruskannya lagi mengikut
peraturan Ketinggian lompatan di ukur secara menegak dari aras tanah hingga
bahagian tengah disebelah atas padang.Setiap peserta akan diberi peluang
sebanyak tiga kali untuk melakukan lompatan. Jika peserta tidak berhasil
melewati mistar sebanyak tiga kali berturut-turut, dia dinyatakan gagal. Untuk
menentukan kemenangan, para peserta harus berusaha melompat setinggi mungkin
yang dapat dilakukan. Pemenang ditentukan dengan lompatan tertinggi yang
dilewati.
Sejarah LompatTinggi
Meskipun event lompat tinggi diikut
sertakan dalam kompetisi pada ollmpiade kuno, kompetisi lompat tinggi tercatat
berlangsung pada awal abad ke-19 tepatnya di Skotlandia dengan ketinggian 1,68
meter. Pada masa itu peserta menggunakan metode pendekatan langsung atau teknik
gunting.Lompat tinggi tidak dilakukan secara sembarangan. Ada gaya-gaya tertentu
yang harus dikuasai agar peserta terhindar dari kecelakaan.
Pada abad ke -19 peserta lompat
tinggi mendarat dan jatuh diatas tanah yang berumput dengan gaya gunting, yaitu
dengan cara membelakangi . Gaya ini ternyata banyak mengakibatkan cedera bagi
para peserta.Sementara kini, lompat tinggi dilakukan dengan mendarat di atas
matras sehingga kecelakaan dapat di minimalisir. Atlet lompat tinggi
sekarang banyak menggunakan teknik fosbury flop.
Sarana dan Prasarana
1. Untuk Awalan
a) Daerah awalan panjangnya tidak terbatas minimum 15 m
b) Daerah tumpuan harus datar dan tingkat kemiringanya 1 : 100
a) Daerah awalan panjangnya tidak terbatas minimum 15 m
b) Daerah tumpuan harus datar dan tingkat kemiringanya 1 : 100
2. Tiang Lompat
Tiang lompat harus kuat dan kukuh,dapat terbuat dari apa saja asal kuat dan kukuh.jarak kedua tiang tersebut adalah 3,98 – 4,02 m.
Tiang lompat harus kuat dan kukuh,dapat terbuat dari apa saja asal kuat dan kukuh.jarak kedua tiang tersebut adalah 3,98 – 4,02 m.
3. Bilah Lompat
Terbuat dari kayu,metal atau bahan lain yang sesuai dengan :
a) Panjang mistar lompat 3,98 – 4,02 m dan berat maksimal mistar adalah 2,00 kg
b) Garis tengah mistar antara 2,50 – 3,00 m, dengan penampang mistar terbentuk bulat dan permukaannya harus datar dengan ukuran 3cm x 15 cm x 20 cm
c) Lebar penopang bilah 4 cm dan panjang 6 cm
Terbuat dari kayu,metal atau bahan lain yang sesuai dengan :
a) Panjang mistar lompat 3,98 – 4,02 m dan berat maksimal mistar adalah 2,00 kg
b) Garis tengah mistar antara 2,50 – 3,00 m, dengan penampang mistar terbentuk bulat dan permukaannya harus datar dengan ukuran 3cm x 15 cm x 20 cm
c) Lebar penopang bilah 4 cm dan panjang 6 cm
4. Tempat Pendaratan
Tempat pendaratan tidak boleh kurang dari 3 x 5 m yang terbuat dari busa dengan ketinggian 60 cm dan di atasnya ditutupi oleh matras yang tebalnya 10 – 20 cm.
Tempat pendaratan tidak boleh kurang dari 3 x 5 m yang terbuat dari busa dengan ketinggian 60 cm dan di atasnya ditutupi oleh matras yang tebalnya 10 – 20 cm.
Macam-Macam Gaya Dalam Lompat Tingg
1. gaya Gunting (Scissors)
Gaya gunting ini beleh dikatakan gaya Swenney, sebab pada waktu sebelumnya (yang lalu) masih digunakan gaya jongkok.Terjadi pada tahun 1880 – permulaan abad ke 20. maka antara tahun 1896 swenny mengubahnya dari gaya jongkok itu menjadi gaya gunting. Karena gaya jongkok kurang ekonomis.
Gaya gunting ini beleh dikatakan gaya Swenney, sebab pada waktu sebelumnya (yang lalu) masih digunakan gaya jongkok.Terjadi pada tahun 1880 – permulaan abad ke 20. maka antara tahun 1896 swenny mengubahnya dari gaya jongkok itu menjadi gaya gunting. Karena gaya jongkok kurang ekonomis.
Cara melakukan:
Øsi pelompat mengambil awalan dari tengah
Bila si pelompat pada saat akan melompat, memakai tumpuan kaki kiri (bila ayunan kaki kanan), maka ia mendart (jatuh) dengan kaki lagi.Ø
ØDi udara badan berputar ke kanan, mendarat dengan kaki kiri, badan menghadap kembali ke tempat awalan tadi.
Øsi pelompat mengambil awalan dari tengah
Bila si pelompat pada saat akan melompat, memakai tumpuan kaki kiri (bila ayunan kaki kanan), maka ia mendart (jatuh) dengan kaki lagi.Ø
ØDi udara badan berputar ke kanan, mendarat dengan kaki kiri, badan menghadap kembali ke tempat awalan tadi.
2. gaya guling sisi (Western Roll)
Pada gaya ini sama dengan gaya gunting, yaitu tumpuan kaki kiri jatuh kaki kiri lagi dan bila kaki kanan jatuhnyapun kaki kanan hanya beda awalan, bdari tengah tapi dari samping.
Pada gaya ini sama dengan gaya gunting, yaitu tumpuan kaki kiri jatuh kaki kiri lagi dan bila kaki kanan jatuhnyapun kaki kanan hanya beda awalan, bdari tengah tapi dari samping.
3. Gaya Straddle
- 1. Awalan
Awalan harus dilakukan dengan cepat dan menikung dengan langka sekitar 3,5,7,9 langkah. Tujuan dari awalan ini adalah sebagai berikut :
a) Mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan melalui irama awalan
b) Mempersiapkan diri untuk memperoleh sudut lepas landas.
c) Menciptakan arah gerak horizontal diubah ke dalam kecepatan vertical. - 2. Tolakan
Tolakan menggunakan salah satu kaki yang terkuat,apabila tolakannya menggunakan kaki kanan maka awalan dilakukan di sebelah sisi kiri mistar. Tujuan dari melakukan tolakan adalah sebagai berikut :
a) Mengembangkan kecepatan menolak pada sudut lintasan berat badan yang optimal.
b) Memperoleh saat – saat untuk memutar yang di perlukan pada tahap melewati mistar
c) Mengubah arah gerak horizontal menjadi arah vertical. - 3. Sikap Badan di atas Mistar
Sebaiknya sikap badan pada saat di atas mistar telentang dengan kedua kaki tergantung lemas.Usahakan dagu agak ditarik ke dekap dada,serta punggung berada di atas mistar yang merupakan busur yang melenting. Tujuannya adalah sebagai berikut
a) Membawa bagian tubuh melewati mistar dengan nyaman
b) Membawa titik berat badan sedikit mungkin dengan mistar tanpa menyentuh atau menjatuhkan
c) Menciptakan agar pendaratan dengan baik dan selamat - 4. Mendarat
Sikap mendarat adalah sikap jatuh setelah melewati busa,sedangkan cara yang baik dalam melakukan pendaratan adalah sebagai berikut
a) Jika pendaratan terbuat dari matras,maka posisi jatuh adalah sisi bahu dan punggung terlebih dahulu
b) Jika pendaratan dilakukan di atas pasir,maka yang mendarat lebih dahulu adalah kaki.Ayun kaki kanan kemudian berguling ke depan ,bertumpu pada pundak bahu kanan.
4. .Gaya Fosbury Flop
Cara melakukanya:
·Awalan, harus dilakukan dengan cepat dan menikung/ agak melingkar, dengan langkah untuk awalan tersebut kira – kira 7-9 langkah.
. ·Tolakan, Untuk tolakan kaki hampir sama dengan lompat tinggi yang lainya.Yakni, harus kuat dengan bantuan ayunan kedua tangan untuk membantu mengangkat seluruh badan. Bila kaki tolakan menggunakan kaki kanan, maka tolakan harus dilakukan disebelah kiri mistar. Pada waktu menolak kaki bersamaan dengan kedua tangan keatas disamping kepala, maka badan melompat keatas membuat putaran 180 derajat dan dilakukan bersama-sama.
. ·Sikap badan diatas mistar, sikap badan diatas mistar terlentang dengan kedua kaki tergantung lemas, dan dagu agak ditarik ke dekat dada dan punggung berada diatas mistar dengan busur melintang.
. ·Cara mendarat, mendarat pada karet busa dengan ukuran (5 x 5 meter dengan tinggi 60 cm lebih) dan diatasnya ditutup dengan matras sekitar 10 – 20 cm, dan prtama kali yang mendarat punggung dan bagian belakang kepala.
Yang diutamakan dalam melakuakan Lompatan ialah, lari awalan dengan kecepatan yang terkontol. Hindari kecondongan tubuh kebelakang terlalu banyak. Capailah gerakan yang cepat pada saat bertolak dan mendekati mistar. Doronglah bahu dan lengan keatas pada saat take off. Lengkungan punggung di atas mistar. Usahakan mengangkat yang sempurna dengan putaran kedalam dari lutut kaki ayun (bebas). Angkat kemudian luruskan kaki segera sesudah membuat lengkungan.
Cara melakukanya:
·Awalan, harus dilakukan dengan cepat dan menikung/ agak melingkar, dengan langkah untuk awalan tersebut kira – kira 7-9 langkah.
. ·Tolakan, Untuk tolakan kaki hampir sama dengan lompat tinggi yang lainya.Yakni, harus kuat dengan bantuan ayunan kedua tangan untuk membantu mengangkat seluruh badan. Bila kaki tolakan menggunakan kaki kanan, maka tolakan harus dilakukan disebelah kiri mistar. Pada waktu menolak kaki bersamaan dengan kedua tangan keatas disamping kepala, maka badan melompat keatas membuat putaran 180 derajat dan dilakukan bersama-sama.
. ·Sikap badan diatas mistar, sikap badan diatas mistar terlentang dengan kedua kaki tergantung lemas, dan dagu agak ditarik ke dekat dada dan punggung berada diatas mistar dengan busur melintang.
. ·Cara mendarat, mendarat pada karet busa dengan ukuran (5 x 5 meter dengan tinggi 60 cm lebih) dan diatasnya ditutup dengan matras sekitar 10 – 20 cm, dan prtama kali yang mendarat punggung dan bagian belakang kepala.
Yang diutamakan dalam melakuakan Lompatan ialah, lari awalan dengan kecepatan yang terkontol. Hindari kecondongan tubuh kebelakang terlalu banyak. Capailah gerakan yang cepat pada saat bertolak dan mendekati mistar. Doronglah bahu dan lengan keatas pada saat take off. Lengkungan punggung di atas mistar. Usahakan mengangkat yang sempurna dengan putaran kedalam dari lutut kaki ayun (bebas). Angkat kemudian luruskan kaki segera sesudah membuat lengkungan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
1. Lari awalan yang terlalu cepat
2. Meluruskan kaki penolak terlalu jauh kedepan.
3. Gerak kombinasi kaki yang tidak sempurna.
4. Badan condong mendekati mistar.
5. Posisi tangan pada mistar terlalu tinggi.
6. Melewati mistar dalam posisi duduk.
7. Membuat lengkung badan terlalu awal.
8. Gerak terlambat dari gaerk angkat kaki akhir.
1. Lari awalan yang terlalu cepat
2. Meluruskan kaki penolak terlalu jauh kedepan.
3. Gerak kombinasi kaki yang tidak sempurna.
4. Badan condong mendekati mistar.
5. Posisi tangan pada mistar terlalu tinggi.
6. Melewati mistar dalam posisi duduk.
7. Membuat lengkung badan terlalu awal.
8. Gerak terlambat dari gaerk angkat kaki akhir.
Hal – hal yang harus di utamakan :
1. Lari awalan dengan kecepatan yang terkontrol.
2. Hindari kecondongan tubuh kebelakang terlalu banyak.
3. Capailah gerakan yang cepat pada saat bertolak dan mendekati mistar.
4. Usahakan angkat vertikan pada saat take off/pada saat kaki bertolak meninggalkan tanah.
5. Doronnglah bahu dan lengan keatas pada saat take off.
6. Lengkungkan punggung di atas mistar.
7. Usahakan mengangkat yang sempurna dengan putaran kedalm dari lutut kaki ayun (bebas).
8. Angkat kemudian luruskan kaki segera sesudah membuat lengkung
1. Lari awalan dengan kecepatan yang terkontrol.
2. Hindari kecondongan tubuh kebelakang terlalu banyak.
3. Capailah gerakan yang cepat pada saat bertolak dan mendekati mistar.
4. Usahakan angkat vertikan pada saat take off/pada saat kaki bertolak meninggalkan tanah.
5. Doronnglah bahu dan lengan keatas pada saat take off.
6. Lengkungkan punggung di atas mistar.
7. Usahakan mengangkat yang sempurna dengan putaran kedalm dari lutut kaki ayun (bebas).
8. Angkat kemudian luruskan kaki segera sesudah membuat lengkung
Peraturan dan Tatacara Perlombaan
Lompat Tinggi
Sebelum perlombaan dimulai, ketua
Judge/ Juri harus mengumumkan kepada segenap peserta lomba tentang tinggi
mistar permulaan dan tinggi berikutnya, berapa mistar lompat akan dinaikkan
pada akhir tiap babak/ ronde, sampai tinggal hanya ada satu orang atlet peserta
lomba yang tersisa yang tersisa yang memenangkan perlombaan, atau terjadi hasil
sama untuk kedudukan pertama.
Latihan pemanasan pada Arena
Perlombaan
- Pada arena perlombaan dan sebelum dimulai event lomba,
tiap peserta lomba boleh melakukan latihan praktik lomba ( practice trials
)
- Sekali perlombaan telah dimulai, peserta lomba tidak
diizinkan untuk menggunakan sarana dan prasarana untuk maksud-maksud
latihan, meliputi:
- Jalur ancang-ancang/awalanatau area bertolak atau bertumpu,
- Perlatan lomba
Tanda-tanda/marka-marka
Dalam semua event lapangan apabila
suatu jalur ancang-ancang digunakan, tanda-tanda/marka-marka harus di tetapkan
di sepanjang jalur awalan itu, kecualai untuk lompat tinggi dimana marka itu
dapat di pasang pada jalur awalan. Seorang peserta lomba boleh menggunakan satu
atau dua marka (di sediakan dan di sahkan oleh panitia penyelenggara) guna
membantu dia dalam melakukan lari ancang-ancang dan bertolak. Bila marka
demikian tidak tersediakan, dia boleh menggunakan pita perekat namun bukan
kapur atau zat yang mirip, yang meninggalkan bekas yang sukar di hapus.
Urutan lomba
Para peserta lomba harus berlomba
dalam suatu urutan hasil dari suatu undian. Apabila ada babak kualifikasi, ini
harus diadakan undian baru lagi untuk babak final.
Giliran lomba (Trials)
Dalam semua lomba nomor lapangan,
kecuali lomba lompat tinggi dan lompat tinggi galah, dan pesertanya lebih dari
8 orang atlet, tiap peserta lomba berhak melakukan 3 kali giliran lomba dan 8
peserta lomba dengan prestasi sah terbaik berhak mengikuti 3 kali giliran lomba
tambahan. Dalam event dengan hasil sama untuk kedudukan kualifikasi terakhir,
ini harus dipecahkan seperti dijelaskan pada butir 20 dibawah ini.Apabila
peserta itu hanya 8 atau lebih sedikit, tiap peserta berhak mendapatkan 6 x
giliran lomba. Dalam kedua kasus urutan berlomba untuk 3 babak terakhir akan
diatur dengan urutan kebalikan kepada ranking yang dicatat setelah 3 x giliran
lomba yang pertama.
Catatan: kecuali untuk lompat tinggi
dan lompat tinggi galah, tidak ada peserta lomba yang diijinkan melakukan
giliran lomba melebihi 1 x giliran lomba yang dicatat didalam salah satu babak
dari perlombaan.
Dalam semua perlombaan atletik
internasional, kecuali kejuaraan dunia (out door, junior, indoor dan pemuda)
dan olimpiade, jumlah giliran lomba dalam event lapangan horizontal boleh
dikurangi. Hal ini harus diputuskan oleh badan nasional atau internasional yang
mengatur atau mengontrol perlombaan dimaksud.Panjang keseluruhan mistar lompat
harus 4,00 meter pada lompat tinggi dan 4,50 meter pada lompat galah. Berat max
mistar lompat harus 2 kg pada lompat tinggi dan 2,25 kg pada lompat galah.
Diameter atau garis tengah pada bagian mistar yang bulat haruslah 30 mm. Mistar
lompat harus terdiri dari 3 bagian batang silinder dan 2 buah ujung mistar yang
masing-masing 30-35 mm lebar dan 15-20 cm panjang untuk maksud meletakkanya
pada tiang lompat.
Bila hasil sama
- Bila terjadi hasil sama pemecahanya sebagai berikut:
v Peserta dengan jumlah
lompatan yang terkecil pada ketinggian dimana “hasil sama” terjadi, harus
diberikan kedududkan yang lebih tinggi.
v Bila hasil sama itu masih
tetap, peserta lomba dengan jumlah kegagalan terkecil selama perlombaan sampai
dengan ketinggian yang terakhir yang dilewatinya, harus diberikan kedudukan
yang lebih tinggi.
v Bila hasil sama itu masih
tetap :
- Kalau ini menyangkut kedudukan pemenang atau juara 1,
peserta yang membuat hasil sama harus melakukan lompatan sekali lagi pada
ketinggian terendah dimana mereka yang terlibat pada hasil sama telah
kehilangan haknya untuk meneruskan lomba, dan bila tidak ada keputusan
yang dapat dicapai, maka mistar lompat akan dinaikkan bila atlit-atlit
yang membuat hasil sama adalah berhasil, atau diturunkan apabila tidak
berhasil, yaitu 2 cm untuk lompat tinggi dan 5 cm untuk lompat galah.
Mereka kemudian mencoba 1 x lompatan pada setiap ketinggian sampai hasil
sama terpecahkan. Para peserta lomba yang membuat hasil sama harus
melompat pada setiap kesempatan ketika memecahkan masalah hasil sama ini.
- Apabila ini menyangkut kedudukan yang lain, maka
peserta lomba yang hasilnya sama harus diberikan posisis yang sama dalam
perlombaan itu.
Peserta harus bertolak pada satu
kaki
Seorang peserta gagal apabila:
- Setelah melompat mistar lompat tidak tetap berada pada
penopangnya dikarenakan gerakan si atlit waktu sedang melompat.
- Dia menyentuh tanah termasuk daerah pendaratan di balik
bidang tegak dari sisi dengan lebih dekat tiang lompat,baik itu daintara
atau di luar tiang lompat dengan salah satu bagian dari tubuhnta, tanpa
pertama kali melewati mistar lompat. Namun, bila dia melompat seorang
peserta lomba menyentuh tempat pendaratan dengan kakinya dan menurut
pendapat Judge/juri tidak memperoleh keuntungan, maka lompatan dengan
alasa itu harus tidak dinilai sebagai suatu kegagalan.
Catatan : Untuk membantu
meng-implementasikan peraturan, suatu garis putih lebar 50mm harus diletakkan
dengan titik 3m di luar tiap-tiap tiang, sisi yang lebih dekat ke garis
diletakkan sepanjang bidang yang lebih dekat dengan sisi tiang lompat.Jalur
ancang-ancang dan area atau tempat bertolak.
Panjang minimum jalur ancang-ancang
haruslah 15 meter kecuali dalam perlombaan berdasar pasal 1.1 a), b), dan c)
dimana panjang minimumnya adalah 20 meter, bila kondisinya mengijinkan panjang
minimum adalah 20 meter. Kemiringan keseluruhan maksimum jalur ancang-ancang
dan tempat bertolak atau bertumpu harus tidak melebihi 1:250 dalam arah ke
pusat mistar lompat. Daerah tempat bertolak atau bertumpu harus datar.
Peralatan
Tiang lompat. Semua bentuk dan model
tiang lompat dapat digunakan, asalkan mereka itu kaku dan kekar. Tiang itu
mempunyai penopang yang kokoh untuk mistar lompat. Tiang lompat ini haruslah
cukup tinggi untuk melebihi tinggi sebenarnya terhadap mana kistar lompat
dinaikkan dengan minimum 10 cm. Jarak antara tiang lompat harus tidak kurang
dari 4 meter juga tidak melebihi dari 4,04 meter.
Tiang lompat atau tiang harus tidak
dipindah atau tidak dirubah selama perlombaan berlangsung kecuali jika wasit
memfikirkan bahwa apakah tempat bertumpu atau bertolak ataukah tempat pendaratan
tidak sesuai lagi. Dalam hal ini perubahan harus dilakukan hanya setelah satu
ronde atau babak setelah lengkap selesai dilakukan.Penopang dan mistar.
Penopang ini harus datar dan segi empat, 4 cm lebar x 6 cm panjang. Ini harus
terpasang kokoh pada tiang lompat dan diletakkan saling berhadapan. Ujung
mistar lompat harus duduk atau terletak diatas penopang sedemikian rupa,
sehingga bila mistar disentuh oleh pelompat ini dengan mudah akan jatuh ketanah
baik kedepan maupun kebelakang.Penopang tidak boleh dibungkus dengan karet atau
dengan bahan lain yang memiliki efek menambah friksi atau geseran antara mereka
dengan permukaan mistar lompat, juga tidak dibenarkan memakai per atau pegas
apapun.
Teknik Dasar Lari Gawang (100, 110,
400 meter)
Teknik Dasar
Lari Gawang (100, 110, 400 meter) - Lari gawang adalah nomor lintasan atletik
yang berupa gerakan lari cepat sambil melompati gawang (palang rendah). Nomor
lari gawang terdiri atas lari gawang 110 meter putra, dengan ketinggian
gawang 3 kaki (1,067 meter); lari gawang 100 meter putri; dan 400 meter putra
dan putri, menggunakan gawang yang lebih rendah. Seorang atlet merupakan
pejuang untuk meraih prestasi setinggi-tingginya. Oleh karena itu, dituntut
usaha keras, semangat juang, dan rasa percaya diri tinggi untuk menjadi juara.
Jika secara mental pelari siap, maka selama bertanding, seorang pelari harus
memegang teguh etika yang berlaku, baik sebelum berada dalam posisi start,
ketika di lintasan lari, ataupun sesudah melewati garis finis. Jangan melakukan
curi start, karena itu adalah bentuk kecurangan. Hargai dan hormatilah lawan
selama di lintasan, jangan menjegal atau menghalang-halangi pergerakannya.
1. Peraturan
pada Lari Gawang
Pelaksanaan
perlombaan lari gawang harus mengikuti peraturan yang telah ditentukan
oleh PASI. Berikut ini beberapa peraturan perlombaan lari gawang yang penting
untuk diketahui.
a. Semua
perlombaan lari gawang, yang dimulai dari garis start hingga melewati garis
finis, harus dilakukan pada jalurnya masing-masing yang sudah ditentukan.
b.
Seorang peserta lomba lari gawang akan dinyatakan diskualifikasi jika:
1) peserta
menarik kakinya di luar bidang horizontal atas gawang pada saat melampauinya,
2) peserta
melompati gawang yang tidak berada di lintasannya,
3) peserta
dengan sengaja menjatuhkan gawang dengan menggunakan tangan atau kaki.
c. Jumlah
gawang yang dilewati peserta dalam perlombaan lari gawang ada 10 buah, baik
lari gawang jarak 100 m, 110 m, atau 400 m.
Komposisi
gawang pada perlombaan lari gawang
Nomor
Perlombaan
|
Nomor Lari
Gawang
|
Tinggi
Gawang
|
Jarak
Garis Start ke Gawang Petama
|
Jarak
Antar gawang
|
Jarak
Gawang Terakhir ke Garis Finis
|
Putri
|
100 m
400 m
|
0,840 m
0,762 m
|
13,00 m
45,00 m
|
8,50 m
35,00 m
|
10,50 m
40,00 m
|
Putra
|
110 m
400 m
|
1,067 m
0,914 m
|
13,72 m
45,00 m
|
9,14 m
35,00 m
|
14,02 m
40,00 m
|
2 . Lari
Gawang 100 m Putri dan 110 m Putra
a. Teknik Dasar
Berikut ini
teknik dasar untuk melakukan lari gawang 100 meter untuk putri dan 110 meter
untuk putra.
1) Lari
gawang dimulai dari start, yaitu menggunakan start jongkok.
2) Berlari
dengan cepat ke arah gawang, dengan posisi badan agak miring ke depan saat
melompat dan kaki yang memimpin diluruskan.
3) Posisi
tangan pada sisi tubuh yang berlawanan dengan kaki yang memimpin, mengayun ke
depan dan mengimbangi gerakan tubuh.
4) Setelah
melintasi gawang, menggerakkan kaki yang memimpin ke bawah, kembali ke
lintasan, ke depan, dan ke arah gawang berikutnya.
5) Kaki yang
mengikuti dilangkahkan ke depan ke arah gawang berikutnya.
6) Melakukan
sprint dengan kuat dan cepat di antara gawang satu dengan gawang selanjutnya.
7) Posisi
bahu dan pinggul dijaga untuk tetap paralel dengan gawang, sedangkan posisi
tubuh sedikit naikturun ketika melintasi gawang.
8) Gerakan
diakhiri pendaratan dimana posisi kaki diluruskan, sedangkan kaki belakang
diangkat tinggi.
b.
Pengenalan Teknik Lari Gawang
Faktor
penting pada lari gawang antara lain pengaturan langkah, tempo, dan panjang
langkah yang mendukung teknik lari. Teknik lari gawang berhubungan erat dengan
teknik sprint, karena pelari gawang yang berhasil haruslah seorang sprinter
yang handal. Selain itu, kedua teknik ini memiliki kesamaan pada beberapa hal
seperti tekanan pada pengangkatan lutut, pelurusan kaki, dan gerakan tangan.
Setiap fase memerlukan koordinasi gerakan yang baik dari tiap komponen
tersebut.
1) Fase
start menuju gawang pertama
a) Setelah
start dan mendekati gawang pertama, kemudian bertolak dengan mengangkat
pinggang tinggi dan cukup jauh dari gawang yang akan dilalui.
b) Lutut
diangkat tinggi, mengangkat paha kaki yang memimpin di atas garis horizontal,
menendangkan tumit ke depan untuk meluruskan kaki, serta meluruskan lutut
melintasi gawang.
c) Lutut
kaki tetap diangkat tinggi selama berlari.
2) Fase
melewati gawang
a) Diawali
dengan gerakan kaki cepat dan mengangkat lutut saat mendekati gawang.
b) Semakin
cepat mendekati gawang, semakin jauh lompatan harus dimulai. Saat melompat,
tangan dan kaki digerakkan dengan keras.
c) Ketika
berada di atas gawang, lintasan gerak tubuh dibuat serendah mungkin dan posisi
badan agak condong ke depan dan lutut sedikit ditekuk.
d) Lengan
berfungsi membantu keseimbangan ketika berada di atas gawang. Tujuannya agar
tubuh cepat kembali ke posisi gerak dorong ke depan.
e) Menarik
ke depan, kaki yang digunakan untuk menolak. Caranya dengan memutar kaki
tersebut ke samping, dalam posisi diangkat tinggi.
f) Setelah
kaki yang memimpin melewati gawang, dalam posisi tetap lurus, maka segera
diturunkan, dan disusul oleh kaki yang mengikuti.
3) Fase
pendaratan
a) Posisi
kaki lurus ketika mendarat.
b) Kaki yang
mengikuti (kaki belakang) tetap diangkat tinggi. Tujuannya agar dapat bergerak
bebas menjangkau ke depan untuk membuat langkah panjang. Pada posisi ini lutut
kaki belakang ditekuk.
c) Posisi
badan dicondongkan ke depan.
4) Fase lari
di antara gawang
Berlari pada
lari gawang, baik dari posisi start ke gawang pertama ataupun dari gawang satu
ke gawang lainnya membutuhkan jumlah langkah kaki yang berbeda antara pelari
satu dengan pelari lainnya.
a) Pelari
menggunakan 8 langkah dari start ke gawang pertama. Pada posisi start, ia harus
menempatkan kaki yang memimpin di belakang dan kaki yang mengikuti di depan.
b) Pelari
menggunakan 7 langkah dari start ke gawang pertama. Cara ini biasanya dipilih
oleh pelari yang memiliki kaki panjang, dimana kaki yang memimpin diletakkan di
depan.
c) Pelari
mengunakan 9 langkah, biasanya diterapkan bagi pemula.
Berikut ini
hal-hal yang harus diperhatikan setelah melewati gawang.
a) Jejakkan
kaki yang memimpin ke permukaan lintasan secepat mungkin setelah melompati
setiap gawang.
b) Gerakkan
tangan dan kaki yang mengikuti melewati gawang secepat mungkin.
c) Setelah
kaki yang memimpin mendarat, segera melakukan tiga langkah di antara gawang.
d) Bergerak
dengan cepat di antara gawang hingga ke garis finis.
5) Fase
akhir
Fase ini
dimulai setelah kaki yang memimpin (kaki depan) berhasil melewati gawang
terakhir dan mendarat. Langkah selanjutnya dijelaskan berikut ini.
a)
Mencondongkan badan ke depan. Bersamaan dengan itu, melangkahkan kaki yang mengikuti
(kaki belakang) ke depan.
b)
Membusungkan dada dan berlari secepatnya menuju garis finis.
3 . Lari
Gawang 400 Meter
Nomor lari
gawang 400 m didasari oleh sprint panjang (400 m) danlari gawang sprint (100
dan 110 m). Oleh karena itu, pelari harus mampu melompati gawang dengan kaki
mana pun, menempuh 400 m pada lintasan mana pun, melompat dengan efisien tanpa
memperhitungkan ketajaman tikungan, dan mengubah pola langkah di antara gawang
ketika rasa lelah mulai terasa.
a. Teknik
Dasar
Teknik lari
gawang 400 m hampir sama dengan lari gawang 100/110 m, tetapi tidak begitu
melelahkan karena gawangnya lebih rendah.
1) Posisi
badan lebih tegak lurus dan tidak terlalu dimiringkan saat melompati gawang.
2)
Mengangkat kaki yang memimpin hingga horizontal dan meluruskannya ke depan
untuk melompati gawang, dan menggapai serta membawa tangan pada posisi tubuh
yang berlawanan ke depan untuk mengimbangi gerakan kaki.
3) Kaki yang
mengikuti ditekukkan pada lutut dan diputar ke depan secara horizontal untuk
melompati gawang. Selanjutnya, lutut kaki yang mengikuti diputar ke atas dalam
setelah kaki dijejakkan ke atas lintasan untuk mengambil langkah berikutnya.
b.
Pengenalan Teknik Lari Gawang
Gerakan yang
dilakukan kaki, tangan, lutut, dan sikap tubuh untuk lari gawang 400 m pada
tiap fasenya sama dengan teknik yang digunakan pada lari gawang 100 m dan 110
m. Yang perlu diperhatikan adalah teknik dalam mengganti kaki yang memimpin
untuk melompati gawang yang berada di tikungan, karena pada nomor ini beberapa
gawang berada di tikungan lintasan. Berikut ini beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam menentukan posisi kaki yang memimpin untuk melompati gawang
di tikungan agar dapat melakukan lompatan dengan benar dan aman.
1) Akan
lebih efisien dan nyaman menggunakan kaki kiri sebagai pemimpin untuk melompati
gawang yang berada pada tikungan. Khususnya ketika pelari berada pada lintasan
dalam yang lebih ketat.
2)
Kemiringan tubuh ke sisi dalam kiri saat berlari akan membantu mengangkat kaki
kanan (kaki yang mengikuti).
3) Panduan
dengan kaki kanan menjadi canggung dilakukan tapi seringkali terpaksa
digunakan, khususnya pada tikungan terakhir, ketika merasa sangat lelah.
Pastikan untuk berlari langsung ke gawang sehingga kaki yang memimpin melintasi
gawang dengan baik ke arah sisi luar gawang. Dengan demikian, kaki yang
mengikuti akan sepenuhnya melintasi gawang. Jika tidak, pelari yang
bersangkutan akan didiskualifikasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar